5 Cerita Unik Mengenai Asal-Usul Peci di Indonesia


Penggunaan peci atau kopiah bukan sesuatu yang baru bagi pria muslim Melayu. Ia menjadi bab dari keseharian sebab ialah salah satu peralatan atau seperangkat alat beribadah selain sajadah, mukena dan sarung. Menjelang Ramadhan atau Idulfitri, bukan hanya kaum wanita yang sibuk berbelanja, kaum bapak dan pemuda juga ramai-ramai mengganti pecinya dengan yang baru.





Di Brunei, peci disebut juga Songkok. Pada abad lalu, beliau dipakai selaku penunjukatau simbol status sosial dan strata mereka di kehidupan bermasyarakat. Beberapa mahir beropini bahwa keberadaan Songkok di tanah Melayu sudah ada semenjak abad ke 13, yaitu bersama-sama dengan masuknya Islam ke daerah tersebut.





Lalu bagaimana dengan sejarah peci di Indonesia? Apakah memiliki keterkaitan sejarah dengan asal-ajakan Songkok di tanah Melayu? Benarkah ia pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga atau Laksamana Ceng Ho? Atau apakah benar pasukan khusus dari Majapahit sudah mengenakan peci di masa lalu?





Sebelumnya, perlu dikenali bahwa sejarah keberadaan Peci di Indonesia hadir dalam beberapa model kisah. Mengenai spekulasi atau gosip mana yang benar, bagaimana jikalau kita anggap saja semuanya selaku isu menawan yang mampu menambah luas wawasanmu? Jika setuju, mari lanjutkan membaca artikel di bawah ini!





1. Berasal dari Para Pedagang Arab 





sejarah peci di Indonesia_Peci di Indonesia Berasal dari Para Pedagang Arab




Spekulasi atau kisah yang pertama mengenai sejarah peci di negeri ini adalah iktikad bahwa dia dikenalkan oleh para penjualArab yang membuatkan Islam ke tanah Melayu pada masa ke 13.





Islam masuk ke kawasan Nusantara melalui Malaka. Pada kurun itu, pelabuhan jadi tempat yang paling sering dikunjungi oleh para pedagang muslim, terutama mereka yang datang dari Gujarat dan Persia.





Mereka masuk lewat pantai timur Aceh, kemudian mengikuti jalur rempah-rempah di Indonesia Timur sampai risikonya hingga ke kota pelabuhan di pantai utara Jawa. Saat beraktivitas, mereka mengenakan suatu epilog kepala dari kain yang dikenal dengan nama sorban.





Keberadaan para pedagang tersebut secara natural sekaligus mengenalkan apa pun yang ada pada dirinya, termasuk epilog kepala yang bermetamorfosis peci.





2. Sejarah Peci dari Sunan Giri





sejarah peci di Indonesia_Sejarah Peci dari Sunan Giri




Sejarah peci di Indonesia yang lain menyampaikan bahwa penutup kepala ini berasal dari Sunan Giri. Semua bermula dikala pada tahun 1495, Sultan Ternate, Zainal Abidin, pergi ke Jawa untuk memperdalam ilmu agama. Kepergian Sultan Ternate ke Jawa tampaknya cukup usang alasannya adalah beliau hingga menitipkan tampuk pemerintahannya kepada pihak keluarga. 





Lokasi atau kawasan di Jawa yang dituju Zainal Abidin rupanya yakni kediaman atau daerah Sunan Giri yang berada di Gresik. Pada periode itu, keadaan jual beli antara Jawa dan Haitu (Pulau Ambon) sudah ramai. Tidak sukar bagi sang sultan untuk pergi ke Jawa dari Maluku, pun sebaliknya.





Saat berkunjung, Sultan Ternate tidak dalam keadaan tangan kosong. Beliau menenteng cengkeh sebagai buah tangan. Hal ini menjadikannya dijuluki sebagai Raja Cengkeh atau Raja Bulawa oleh penduduk Jawa.





Sebaliknya, ketika ia kembali ke kampung halaman, sang sultan membawa peci. Peci yang berasal dari Giri dianggap sebagai barang yang istimewa dan sungguh dihormati alasannya beliau ditukar dengan cengkeh, sebagai rempah-rempah andalan.





Pada abad-masa berikutnya, banyak masyarakatTernate yang mengikuti jejak sang sultan berguru agama Islam ke Gresik. Menariknya, setiap santri dari Giri mudik, mereka menenteng peci sebagai oleh-oleh. Hasilnya, peci mulai menyebar ke banyak sekali penjuru negeri.





Kekerabatan antara Zainal Abidin dengan penduduk Jawa terjalin dengan baik. Sang sultan bahkan bukan cuma menenteng pulang peci sebagai oleh-oleh, melainkan juga menenteng seorang mubalig berjulukan Tuhubahanul. Mubalig tersebutlah yang turut menolong penyebaran agama Islam di Kepulauan Maluku; seiring dengan peci yang keberadaannya juga makin menyebar.





3. Dikenalkan oleh Laksamana Cheng Ho





sejarah peci di Indonesia_Dikenalkan oleh Laksamana Cheng Ho




Spekulasi perihal awal mula eksistensi peci di Indonesia selanjutnya yakni bahwa epilog kepala tersebut datang bersama Laksamana Cheng Ho. Peci konon diandalkan selaku adonan dari ‘Pe’ dan ‘Ci’. Masing-masing bermakna delapan dan energi. Kaprikornus, disimpulkan bahwa peci ialah epilog bab tubuh, terutama kepala, yang mampu memancarkan energi ke delapan mata angin.





Laksamanan Cheng Ho sendiri ialah seorang kasim beragama Islam sekaligus orang iman Kaisar Yongle yang berasal dari Tiongkok. Kaisar Yongle berkuasa dari tahun 1403 sampai 1424. Dia adalah kaisar generasi ketiga dari Dinasti Ming.  





4. Dibuat oleh Sunan Kalijaga





sejarah peci di Indonesia_Dibuat oleh Sunan Kalijaga




Cerita selanjutnya tentang sejarah peci di Indonesia menyebutkan bahwa ia dibentuk pertama kali oleh Sunan Kalijaga. Ketika itu, Sunan Kalijaga membuat semacam mahkota spesial bagi Sultan Fattah yang dinamakan Kuluk. Bentuk Kuluk menyerupai peci di zaman kini, bedanya beliau berskala lebih besar.





Seiring berjalannya waktu, Kuluk yang dibuat Sunan Kalijaga menjelma tiga jenis, yakni Kuluk Mathak, Kuluk Kanigara dan Kuluk Bercen. Masing-masing Kuluk memiliki kekhasan yang berbeda sekaligus dipakai oleh orang-orang dari strata sosial yang juga berlainan.





Kuluk Mathak  umumnya berwarna biru muda diikuti putih. Kuluk Kanigara warnanya hitam yang dihiasi dengan aksen berupa benang emas yang melingkar di bab bawah, di tengah, garis-garis pada bagian atas sampai bulat tengah. Kuluk jenis ini umum dipakai oleh bupati dan bangsawan berpangkat wedana. Biasanya ia dipakai sebagai pengganti Kuluk Mathak.





Terakhir ialah Kuluk Bercen yang lebih halus dan tipis serta agak tembus cahaya. Kuluk jenis ini biasa digunakan oleh para priyayi berpangkat di bawah wedana. Pada dasarnya, ketiga Kuluk ini tidak digunakan saban hari, melainkan ketika insiden-insiden penting dan tertentu saja.





5. Berasal dari Kerajaan Bone ke-15





sejarah peci di Indonesia_Berasal dari Kerajaan Bone ke-15




Keberadaan peci di Indonesia juga diandalkan berasal dari Kerajaan Bone. Ketika itu, pasukan kerajaan telah mengenakan epilog kepala mirip peci berjulukan Songkok Recca. Ia yang dibuat dari anyaman serat pelepah daun lontar. Pada zaman dulu, songkok ini cuma bisa digunakan oleh orang-orang tertentu ,tetapi kini semua mampu memakainya.





Songkok Recca timbul pada pemerintahan Raja Bone ke 15. Pada tahun 1683, Arung Palakka selaku Raja Bone menyerang Tana Toraja. Dalam penyerangan, Raja Bone dibantu dan diiringi oleh para tentara kerajaan yang memiliki performa mencolok. 





Mereka mengenakan sarung yang diikatkan di pinggang. Rupanya, prajurit dari Tana Toraja juga punya kebiasaan mengenakan sarung. Bedanya, tentara Tana Toraja memakai sarung dengan cara diselempangkan.





Persamaan ini kerap menyusahkan saat pertempuran terjadi di malam hari. Masing-masing tentara kebingungan dan tidak bisa mengenali mana kawan dan musuh. Arung Palakka lantas menciptakan siasat dengan menyuruh para prajuritnya memakai songkok sebagai identitas. Sejak itu, penggunaan Songkok Recca menjadi identitas bagi Kerajaan Bone.





Beberapa sejarah peci di Indonesia, mirip yang terangkum dalam isu di atas membuka anggapan kita bahwa perbedaan memang senantiasa menjadi bagian dari negeri ini. Di antara cerita sejarah peci di Indonesia tersebut, belum ada satu pun yang disepakati oleh para sejarawan selaku gosip sebetulnya. Bagaimanapun, peci sudah terlanjur menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sulit dipisahkan. 


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel